TINJAUAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP PEMERINTAH DALAM PEMBAYARAN GAJI HAKIM
DOI:
https://doi.org/10.29123/jy.v16i1.587Keywords:
judge salary, ratio decidendi, right of judicial reviewAbstract
ABSTRAK
Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 23 P/HUM/2018 menyatakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2012 yang mengatur besaran gaji pokok hakim disamakan dengan besaran gaji pegawai negeri sipil, bertentangan dengan norma dalam beberapa undang-undang. Oleh karena itu ketentuan tersebut kehilangan kekuatan untuk mengikat secara hukum. Setelah lewat dari empat tahun sejak dijatuhkannya Putusan Nomor 23 P/HUM/2018, pemerintah masih melakukan pembayaran gaji hakim dengan mendasarkan pada ketentuan yang sudah mati secara hukum tersebut. Penelitian ini bertujuan menemukan jawaban atas rumusan masalah, yaitu apakah ratio decidendi Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 23 P/HUM/2018, dan apakah sikap pemerintah dalam pembayaran gaji hakim sudah sesuai dengan prinsip good governance. Penelitian menggunakan pendekatan normatif dengan menjadikan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, khususnya Undang-Undang Administrasi Pemerintahan sebagai bahan hukum utama. Hasil penelitian menunjukkan ratio decidendi Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 23 P/HUM/2018 adalah karena dalam beberapa undang-undang, hakim merupakan pejabat negara sehingga ketentuan gajinya tidak dapat disandarkan pada ketentuan gaji pegawai negeri sipil. Dalam pembayaran gaji hakim pasca dijatuhkannya Putusan Nomor 23 P/HUM/2018, pemerintah telah melakukan penyalahgunaan wewenang dan meruntuhkan prinsip rule of law, sehingga belum memenuhi prinsip good governance. Agar pembayaran gaji hakim dijalankan sesuai dengan prinsip good governance, pemerintah harus segera menerbitkan ketentuan yang mengatur secara khusus tentang gaji pokok hakim.
Kata kunci: gaji hakim; ratio decidendi; hak uji materiil.
Â
ABSTRACT
The Supreme Court in Decision Number 23 P/HUM/2018, stated that the provisions of Article 3 paragraph (2) of Government Regulation Number 94 of 2012, which stipulates that the basic salary of a judge is equal to that of a civil servant, contradict the norms in several laws. Accordingly, the provision has lost its legally binding force. Over four years after the issuance of the decision, the government still pays salaries for judges based on the defunct provision. As issues formulated, this research aims to find the ratio decidendi of the Supreme Court in the decision and whether the government’s attitude in paying judges’ salaries conforms to the principles of good governance. The research employed a normative approach by referring to the prevailing laws and regulations, especially the Government Administration Law, as the critical legal basis. The results showed that the Supreme Court’s ratio decidendi in the decision was that judges are state officials in several laws. So, the salary provisions cannot be in line with civil servants. In paying the judge’s salary after the Supreme Court’s ruling issuance, the government had committed an abuse of authority that damaged the principle of rule of law. As such, the government did not act following the principles of good governance. To ensure that judges’ salaries are paid based on the principles of good governance, the government should enact a provision that specifies the basic salary for judges.
Keywords: judge salary; ratio decidendi; right of judicial review.
References
Buku
Bourdieu, P. (2020). Bahasa dan Kekuasaan Simbolik. IRCisod.
Hamilton, A., Jay, J., & Madison, J. (1864). The Federalist: A commentary on the Constitution of the United States. In The Federalist: A commentary on the Constitution of the United States.
International Comission of Jurists. (1965). The Dynamic Aspect of the Rule of Law in the Modern Age. In The South-East Asian and Pacific Conference of Jurists.
John, G., Amos, B., & Tim, P. (2003). Principles for Good Governance in the 21st Century: Policy Brief No.15. Institute On Governance.
Koesnoe, M. (1998). Kedudukan Dan Tugas Hakim Menurut Undang-Undang Dasar 1945. Ubhara Press.
Marzuki, P. M. (2022). Penelitian Hukum. Kencana.
Purwati, A. (2020). Metode Penelitian Hukum: Teori & Praktek. CV. Jakad Media Publishing.
Sen, A. (2006). Kekerasan dan Identitas. Marjin Kiri.
Street, A. (2022). Judicial Review and the Rule of Law: Who is in Control? In The Constitution Society.
Tjandra, W. R. (2018). Hukum Administrasi Negara. Sinar Grafika.
UNDP. (1997). Governance for sustainable human development - A UNDP policy document. United Nations Development Programme.
World Bank. (1994). Governance: The World Bank’s experience. In World Bank. A World Bank Publication.
Yusuf, H. O. (2010). Transitional Justice, Judicial Accountability and the Rule of Law. In Transitional Justice, Judicial Accountability and the Rule of Law. Routledge.
Jurnal
Amarini, I. (2019). Implementation of Judicial Activism in Judge’S Decision. Jurnal Hukum dan Peradilan, 8(1). https: //doi.org/10.25216/jhp.8.1.2019.21-38
Burhamudin, & Bustomi, A. (2019). Kemandirian Hakim Dalam Perspektif Negarawan. Solusi, 17(September), 269–284.
Constatin, E. (2017). Judicial Independence and The Rule of Law. Law Review, III, 18–21.
Hakim, A. (2016). Dinamika Pelaksanaan Good Governance Di Indonesia (Dalam Perspektif Yuridis dan Implementasi). Civil Service Journal, 10(1), 15–33.
Handayani, F. A., & Nur, M. I. (2019). Implementasi Good Governance Di Indonesia. Publica: Jurnal Pemikiran Administrasi Negara, 11(1), 1–11. https: //doi.org/10.15575/jpan.v11i1.7631
Irfani, N. (2020). Asas Lex Superior, Lex Specialis, Dan Lex Posterior: Pemaknaan, Problematika, Dan Penggunaannya Dalam Penalaran Dan Argumentasi Hukum. Jurnal Legislasi Indonesia, 16(3), 305–325.
Izzati, N. F. (2020). Ombudsman Sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan Publik Di Indonesia. Sasi, 26(2), 176–187. https: //doi.org/10.22437/mendapo.v2i2.11428
Karpen, U. (2010). Good Governance. European Journal of Law Reform, 16(1–2), 16–31.
Maladi, Y. (2010). “Benturan Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa dan Asas Ius Curia Novit†(Telaah Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/ PUU-IV/2006). Jurnal Konstitusi, 7(2).
Pietersz, J. J. (2017). Prinsip Good Governance Dalam Penyalahgunaan Wewenang. Sasi, 23(2), 167–188. https: //doi.org/10.47268/sasi.v23i2.107
Putrijanti, A., Leonard, L. T., & Utama, K. W. (2017). Model Fungsi Pengawasan Oleh Pengadilan Tata Usaha. Mimbar Hukum, 29(2), 263–275.
Rasul, S. (2009). Penerapan Good Governance di Indonesia dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. Mimbar Hukum, 21(3), 538–553. https: //doi.org/10.22146/jmh.16276
Rini, N. S. (2018). Penyalahgunaan Kewenangan Administrasi Dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 18(2), 257–273. https: //doi.org/10.30641/dejure.2018.v18.257-274
Rokilah, R. (2020). Dinamika Negara Hukum Indonesia: Antara Rechtsstaat dan Rule Of Law. Nurani Hukum, 2(1), 12–22. https: //doi.org/10.51825/nhk.v2i1.8167
Sahlan, M. (2016). Unsur Menyalahgunakan Kewenangan dalam Tindak Pidana Korupsi sebagai Kompetensi Absolut Peradilan Administrasi. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 23(2), 271–293. https: //doi.org/10.20885/iustum.vol23.iss2.art6
Shetreet, S. (2000). The Challenge of Judicial Independence in the Twenty-First Century. Asia Pacific Law Review, 8(2), 153–168. https: //doi.org/10.1023/a: 1009093328502
Shetreet, S. (2009). The Normative Cycle of Shaping Judicial Independence in Domestic and International Law: The Mutual Impact of National and International Jurisprudence and Contemporary Practical and Conceptual Challenges. Chicago Journal of International Law, 10(1).
Sholikin, M. N. (2014). Perbaikan Prosedur Pengujian Peraturan Perundang-Undangan Di Mahkamah Agung. Jurnal Hukum & Pembangunan, 3(2), 149–162.
Siboy, A., Al-Fatih, S., Nur, A. I., & Hidayah, N. P. (2022). Judicial Review in Indonesia: A Simplification Model. Lex Scientia Law Review, 6(2), 359–390. https: //doi.org/10.15294/lesrev.v6i2.54848
Simanjuntak, E. (2013). Kewenangan Hak Uji Materil Pada Mahkamah Agung RI. Jurnal Hukum dan Peradilan, 2(3), 337–356.
Solechan. (2019). Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Dalam Pelayanan Publik. Administrative Law & Governance Journal, 2(3), 541–557. https: //doi.org/10.19184/ejlh.v4i3.5499
Wibowo, A. (2020). Penentuan Kriteria Unsur Penyalahgunaan Wewenang Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan). Jurnal Yuridis, 7(1), 120–148.
Sumber lainnya
Abdullah, U. (2007). Gugatan Perwakilan Kelompok Dan Hak Gugat Organisasi Dalam Kaitannya Dengan Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara. PTUN Jakarta. https: //ptun-jakarta.go.id/wp-content/uploads/file/berita/daftar_artikel/Gugatan Perwakilan Kelompok Dan Hak Gugat Organisasi Dalam Kaitannya Dengan Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara.pdf
Asshiddiqie, J. Pokok Pikiran Tentang Penyempurnaan Sistem Pengangkatan Dan Pemberhentian Hakim Indonesia. Diambil 3 Februari 2023, dari http: //www.jimly.com/makalah/namafile/65/POKOK_PIKIRAN_TENTANG_PENYEMPURNAAN_SISTEM.pdf
KBBI Daring. (2016a). Berbuat. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. https: //kbbi.kemdikbud.go.id/entri/berbuat
KBBI Daring. (2016b). Bertindak. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. https: //kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bertindak
KBBI Daring. (2016c). Kewenangan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. https: //kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kewenangan
KBBI Daring. (2016d). Wenang. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. https: //kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wenang
KBBI Daring. (2016e). Wewenang. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. https: //kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wewenang
Sudrajat, W. (2019). Mengantisipasi Gaji Ilegal Hakim. https: //www.hukumonline.com/berita/a/mengantisipasi-gaji-ilegal-hakim-lt5c9b1baac9a93/
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
FORMULIR COPYRIGHT TRANSFER
Naskah ini asli dan penulis mengalihkan Hak Cipta naskah di atas kepada Jurnal Yudisial, jika dan ketika naskah ini diterima untuk dipublikasikan.
Setiap orang yang terdaftar sebagai penulis pada naskah ini telah berkontribusi terhadap substansi dan intelektual dan harus bertanggung jawab kepada publik. Jika di masa mendatang terdapat pemberitahuan pelanggaran Hak Cipta merupakan tanggung jawab Penulis, bukan tanggung jawab Jurnal Yudisial.
Naskah ini berisi karya yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dan tidak sedang dipertimbangkan untuk publikasi di jurnal lain.