THE ANOMALY OF PRETRIAL AUTHORITY IN INDONESIAN LAW ENFORCEMENT
An Analysis of Decision Number 24/PID/PRA/2018/PN.JKT.SEL
DOI:
https://doi.org/10.29123/jy.v17i2.553Keywords:
pretrial authority, judicial overreach, legal certainty, judicial review, legal reformAbstract
Pretrial Decision Number 24/PID/PRA/2018/PN.JKT.SEL, issued on 9 April 2018, became crucial in the Bank Century corruption scandal. In its ruling, Single-Judge Effendi Mukhtar ordered the Corruption Eradication Commission to continue the investigation or, if necessary, transfer the case to the police and the prosecutor’s office for further handling. It also clarified the legal status of senior officials, including former Bank Indonesia Governor Boediono, Deputy Governor Muliaman D Hadad, and former Secretary of the Financial System Stability Committee Raden Pardede. The decision sparked controversy due to the unclear legal status of certain defendants. This study employs a normative legal research method with a literature review using legislative, conceptual, and case-based approaches. This analysis is descriptive-prescriptive, examining legal sources and previous rulings. The result shows that the pretrial decision has sparked controversy and attracted significant legal attention. It extends pretrial authority by designating suspects not directly involved in the case. The ruling is assumed to exceed jurisdictional limits set by Article 1 point 10, Article 82 of the Criminal Procedure Code, Supreme Court Regulation Number 4 of 2016, and Article 53 of Law Number 48 of 2009, which may lead to injustice and undermine legal certainty for the defendant. Therefore, addressing this issue requires revising pretrial procedures, training judges and law enforcement, developing consistent guidelines, and strengthening oversight to ensure fairness and transparency.
References
Book
Anwar, M. (1989). Praperadilan. Jakarta: Ind-Hil-Co.
Arto, M. (2004). Praktek perkara perdata pada pengadilan agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jaholden. (2021). Praperadilan dan pembaharuan hukum pidana. Banten: CV AA Rizky.
Marzuki, P. M. (2005). Penelitian hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Pujirahayu, E. W. (2021). Kontruksi hukum dalam perspektif spiritual pluralistik. Yogyakarta: Thafa Media.
Pujirahayu, E. W., Rahayu, D. P., & Faisal. (2020). Sosiologi hukum. Yogyakarta: Litera.
Rahardjo, S. (2009). Penegakan hukum, suatu tinjauan sosiologis. Yogyakarta: Genta Publishing.
_________. (2021). Ilmu hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Soeparmono. (2005). Hukum acara perdata dan yurisprudensi. Bandung: Mandar Maju.
Usman, S. (2008). Menuju penegakan hukum responsif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widagdo, S. (2012). Kamus hukum. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya.
Journal
Adelia, R. (2019). Konsekuensi yuridis terhadap penetapan tersangka oleh hakim praperadilan (Studi Putusan Nomor: 24/Pid.Pra/2018/PN.Jkt.Sel). Jurnal Hukum Acara Verstek, 9(3), 642-649. DOI: https://doi.org/10.20961/jv.v9i3.55055.
Afandi, F. (2016). Perbandingan praktik praperadilan dan pembentukan hakim pemeriksa pendahuluan dalam peradilan pidana indonesia. Mimbar Hukum, 28(1), 93-106. DOI: https://doi.org/10.22146/jmh.15868.
Cesaroni, C., & Peterson-Badali, M. (2016). The role of fairness in the adjustment of adolescent boys to pretrial detention. The Prison Journal, 96(4), 534-553. DOI: https://doi.org/10.1177/0032885516650877.
Dinda, C. P., Usman, U., & Munandar, T. I. (2021). Praperadilan terhadap penetapan status tersangka tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Pampas: Journal of Criminal Law, 1(2), 82-103. DOI: https://doi.org/10.22437/pampas.v1i2.9568.
Fernando, Z. J. (2020a). Pancasila sebagai ideologi untuk pertahanan dan keamanan nasional pada pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Lemhannas RI, 8(3), 46-56. DOI: https://doi.org/10.55960/jlri.v8i3.330.
_____________. (2020b). Pentingnya restorative justice dalam konsep ius constituendum. Al-Imarah: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam, 5(2), 253-270. DOI: https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29300/imr.v5i2.3493.
_____________. (2020c). Pancasila sebagai ideologi pemberantasan kejahatan korporasi di Indonesia. Supremasi Hukum, 29(2), 78-90. DOI: https://doi.org/https://doi.org/10.33369/jsh.29.2.78-90.
Fernando, Z. J., Pratiwi, W., & Putra, Y. S. (2021). Omnibus law sebuah problematika dan paradigma hukum di Indonesia. Al-Imarah: Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam, 6(1), 90-103. DOI: DOI: http://dx.doi.org/10.29300/imr.v6i1.2557.
Fernando, Z. J., Pujiyono., & Rochaeti, N. (2022). Telaah pasal penghinaan terhadap presiden dan wakil presiden di Indonesia. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 11(1), 135-151. DOI: https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33331/rechtsvinding.v11i1
Hakim, L., & Kurniawan, N. (2022). Membangun paradigma hukum HAM Indonesia berbasis kewajiban asasi manusia. Jurnal Konstitusi, 18(4), 875-876. DOI: https://doi.org/https://doi.org/10.31078/jk1847.
Hapsari, I. P., Iskandar, H., & Jamba, P. (2023). Outreach and assistance to students regarding fair and humane law enforcement. Jurnal Dedikasi Hukum, 3(1), 85-94. DOI: https://doi.org/10.22219/jdh.v3i1.28511.
Herlambang., et al. (2022). Kejahatan memperkaya diri sendiri secara melawan hukum (Illicit enrichment) dan aparatur sipil negara: Sebuah kajian kritis. RechtsVinding, 11(2), 247-264. DOI: http://dx.doi.org/10.33331/rechtsvinding.v11i2.
Khechumyan, A., & Margaryan, S. (2014). The practice of pretrial detention in Armenia: an examination of the role of the Soviet legacy. European Journal on Criminal Policy and Research, 21(1), 117-134. DOI: https://doi.org/10.1007/S10610-014-9241-Y.
Muryawan, A. G. (2021). Putusan praperadilan yang menyimpang secara fundamental. Jurnal Penegakan Hukum Indonesia, 2(2), 170-198. DOI: https://doi.org/10.51749/jphi.v2i2.30.
Nanda, E., & Jaya, R. (2019). Kewenangan hakim praperadilan studi kasus Nomor 24/PID/PRA/2018/PN.JKT. SEL. Jurist-Diction, 2(1), 92-111. DOI: https://doi.org/10.20473/JD.V2I1.12100.
Plangiten, M. (2013). Fungsi dan wewenang lembaga praperadilan dalam sistem peradilan di Indonesia. Lex Crimen, 2(6), 29-38.
Sumadi, R. (2021). Praperadilan sebagai sarana kontrol dalam melindungi hak asasi manusia (HAM) tersangka. Jurnal Hukum Sasana, 7(1), 149-162. DOI: https://doi.org/10.31599/sasana.v7i1.597.
Taghupia, A., Taghupia, A. V., Pasalbessy, J. D., & Hehanussa, D. J. A. (2022). Problematika praperadilan dalam rangka pemenuhan hak-hak tersangka. Pamali: Pattimura Magister Law Review, 2(2), 96-113. DOI: https://doi.org/10.47268/pamali.v2i2.773.
Tajudin. (2015). Urgensi pemeriksaan sah tidaknya penetapan tersangka sebagai perluasan objek pra peradilan dalam upaya perlindungan hak asasi manusia. Padjadjaran Law Review, 3(1), 1-19.
Wicaksana, Y. P. (2018). Implementasi asas ius curia novit dalam penafsiran hukum putusan hakim tentang keabsahan penetapan tersangka. Jurnal Lex Renaissance, 3(1), 86-108. DOI: https://doi.org/10.20885/jlr.vol3.iss1.art3.
Widyastuti, I. A. W., Dewi, A. A. S. L., & Sugiartha, I. N. G. (2020). Kewenangan pengadilan negeri memutus perkara praperadilan mengenai tidak sahnya penetapan tersangka. Jurnal Analogi Hukum, 2(3), 351- 355. DOI: https://doi.org/10.22225/ah.2.3.2519.351-355.
Outher sources
Mudzakkir. (2018). Praperadilan dan keadilan dalam proses penegakan hukum. Media Indonesia. Diakses dari https://mediaindonesia.com/kolom-pakar/155346/praperadilan-dan-keadilan-dalam-proses-penegakanhukum.
Taher, A. P. (2018). Penjelasan PN Jaksel soal putusan praperadilan korupsi Bank Century. Tirto.Id. Diakses dari https://tirto.id/penjelasan-pn-jaksel-soal-putusan-praperadilan-korupsi-bank-century-cHCc.
Trisia, S. (2015). Problematika praperadilan di Indonesia. Hukumonline.com. Diakses dari http://mappifhui.org/2018/05/25/problematika-praperadilan-di-indonesia/.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2024 Jurnal Yudisial
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
FORMULIR COPYRIGHT TRANSFER
Naskah ini asli dan penulis mengalihkan Hak Cipta naskah di atas kepada Jurnal Yudisial, jika dan ketika naskah ini diterima untuk dipublikasikan.
Setiap orang yang terdaftar sebagai penulis pada naskah ini telah berkontribusi terhadap substansi dan intelektual dan harus bertanggung jawab kepada publik. Jika di masa mendatang terdapat pemberitahuan pelanggaran Hak Cipta merupakan tanggung jawab Penulis, bukan tanggung jawab Jurnal Yudisial.
Naskah ini berisi karya yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dan tidak sedang dipertimbangkan untuk publikasi di jurnal lain.
