HAK ANGKET SEBAGAI FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DOI:
https://doi.org/10.29123/jy.v11i3.326Keywords:
House of Representatives, inquiry right, supervisionAbstract
ABSTRAK
Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017 menguji konstitusionalitas objek hak angket Dewan Perwakilan Rakyat terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hak angket menurut putusan a quo dikonstruksikan sebagai fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat, dan bagaimana implikasinya terhadap objek hak angket Dewan Perwakilan Rakyat dalam ketatanegaraan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian doktrinal, dengan menggunakan bahan hukum primer dan sekunder yang relevan dengan objek penelitian. Penelitian menyimpulkan, pertama, putusan a quo telah mengkonstruksikan hak angket tidak hanya dalam kerangka pengawasan yang hasilnya berujung pada penjatuhan sanksi bagi pejabat publik yang melanggar undang-undang, melainkan juga pengawasan pelaksanaan undang-undang yang hasilnya berupa perubahan kebijakan dalam rangka perubahan undang-undang (legislasi) maupun kebijakan lainnya. Putusan a quo juga mengkonstruksi Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga negara penunjang dalam ranah eksekutif yang independen, namun tetap dapat menjadi objek hak angket Dewan Perwakilan Rakyat. Kedua, putusan a quo secara positif berimplikasi dapat digunakannya hak angket dalam rangka perubahan undang-undang sehingga dapat meningkatkan efektivitas legislasi, namun secara negatif berimplikasi dapat digunakannya hak angket secara eksesif terhadap kelembagaan yang dijamin independensinya dan terhadap objek yang seharusnya tidak dapat diselidiki karena dilindungi hukum, misalnya hak privasi dan penegakan hukum. Implikasi eksesif tersebut disebabkan putusan a quo tidak memberikan batasan terhadap penggunaan hak angket Dewan Perwakilan Rakyat.
Kata kunci: Dewan Perwakilan Rakyat, hak angket, pengawasan.
Â
ABSTRACT
Constitutional Court Decision Number 36/PUUXV/2017 examines the constitutionality of the inquiry right’s object of the House of Representatives over the Corruption Eradication Commission. The problem in this study is how inquiry right is constructed as a supervisory function of the House based on decision a quo, and what the implications are for the object of the House’s inquiry right in Indonesian state administration. This doctrinal research uses primary and secondary legal materials relevant to the object of research. The study concludes that (1) the decision a quo constructs the right of inquiry not only within the framework of supervision which results in the imposition of sanctions on public officials violating the law, but also supervision of the implementation of laws resulting in policy changes in the terms of amendment of laws and other policies; (2) a quo ruling can positively imply the right of inquiry to be used in the context of amending the law to improve the effectiveness of legislation, but it can negatively have implications for inquiry rights that are excessively used against independency-guaranteed institutions and for objects that cannot be investigated because they are protected by the law, such as privacy rights and law enforcement. The excessive implication of this decision will happen as it does not define the limits on the House’s inquiry right to invesigate into a specific issue.
Keywords: House of Representatives, inquiry right, supervision.
References
Alder, J. (1989). Constitutional & administrative law. London: MacMillan Press LTD.
Asshiddiqie, J. (2006). Pengantar ilmu hukum tata negara jilid II. Jakarta: Konstitusi Press.
Charity, M.L. (2017, September). Implikasi hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi. Jurnal Legislasi Indonesia, 14(03), 245-254.
Ehrmann, H.W. (1943). The duty of disclosure in parliamentary investigation: A comparative study. The University of Chicago Law Review, 11(2), 117-153.
Fitria. (2014). Penguatan fungsi pengawasan DPR melalui perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1954 tentang Hak Angket. Jurnal Cita Hukum, I(1), 79-88.
Garcia, M.J., et al. (2017). The constitution of the United States of America, analysis & interpretation. Legislative Department. Washington: U.S. Government Publishing Office.
Hantoro, N.M. (2004). Pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat melalui hak angket dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
__________. (2017). Urgensi pembentukan Undang-Undang Hak Angket DPR RI. Negara Hukum. 8(2), 177-194.
Harpine, A.C. (1956). Congressional investigating power, judicial interpretation of the scope of inquiry. American University Law Review, 5(2), 64-81.
Indrayana, D. (2017). KPK bukan eksekutif, angket KPK inskonstitusional. Diakses dari https://kumpa-ran.com/@kumparannews/kpkbukaneksekutif-angket-kpk-inkonstitusional) Inter-Parliamentary Union (IPU). (2017). Global parliementary report 2017, parliamentary oversight: Parliament’s power to hold government to account. IPU-UNDP.
Istanto, F.S. (2007). Penelitian hukum. Yogyakarta: CV. Ganda.
Kaiser. F.M. (1988). Congressional oversight of the presidency. The Annals of the American Academy, 499(1), 75-89.
Madison, J., Hamilton, A., & Jay, J. (2001). The federalist. Indiana: Liberty Fund.
Madril, O. (2008). Angket BBM & pemakzulan presiden. Jawa Pos.
Manan, B. (2003). Teori & politik konsonstitusi. Yogyakarta: FH UII Press.
__________. (2006). Lembaga kepresidenan. Yogyakarta: FH UII Press.
__________. (2018). Hak angket sebagai kekuasaan pengawasan DPR. Jurnal Varia Peradilan, XXXIII(387), 6-23.
Mantel, M. (2008). Conggresional Investigation: A Bibliography. Law Library Journal, 100(2), 323-361.
Marzuki, P.M. (2005). Penelitian hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Menu, YU., & Knapp, K. (2002). Government & politic in western Europe: Britain, France, Italy, Germany. 3rd Edition. Oxford: Oxford University Press.
Mill, J.S. (1861). Considerations on representative government. London: Savill and Edwards Printers.
Millikan, K.B. (1967). Limitation on the power of congressional investigations. William & Mary Law Review. 8(4), 630-660.
Montesquieu, B. (2001). The spirit of laws. Trans. Thomas Nugent. Ontario: Batoche Books.
Naswar. (2012). Hak angket dalam konstelasi ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Konstitusi. I(1), 1-13.
Netherlands Government. (2012). The constitution of the Kingdom fo Netherlands. Diakses dari (https://www.government.nl/documents/regulations/2012/10/18/theconstitution-of-thekingdom-of-the-ne-therlands-2008).
Novianti. (2018). Implikasi putusan MK atas penggunaan hak angket DPR terhadap KPK. Info Singkat DPR. X(4), 1-6.
Ratu. S.S.L. (2017, Agustus). Hakikat hak angket anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Mimbar Keadilan Jurnal Ilmu Hukum. 13(26), 209-228.
Reinstein. R.J. (2016). The limits of congressional power. Temple Law Review, (89)1, 1-94.
Senat Amerika. (2018). History of investigation. Diakses dari (https: //www.senate.gov/artandhistory/history/common/briefing/Investigations.html).
Srem-Sai. (2014). Paliamentary oversight in ghana – A brief review. Fridrich Ebert-Stiftung Ghana.
Subardjo. (2016, Februari). Penggunaan hak angket oleh DPR RI dalam mengawasi kebijakan pemerintah. Jurnal Ilmu Hukum Novelty, 7(1), Februari 2016, 71-82.
Supranto, J. (2003). Metode penelitian hukum & statistik. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Susanto, M. (2013). Hak budget parlemen di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Tambunan, A.S.S. (1998). Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoensia menurut UUD NRI 1945, suatu studi analisis mengenai pengaturannya tahun 1966-1997. Jakarta: Sekolah Tinggi Hukum Militer.
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2007). Commentary on the Bangalore Principles of Judicial Conduct.
Webster, M. (2018). Merriam Webster Dictionary, Inquiry. Diakses dari (http://www.merriamwebster.com/dictionary/inquiry).
Yamamoto, H. (2007). Tools for parliamentary oversight a comparative study of 88 National parliaments. Geneva: Inter-Parliamentary Union.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
FORMULIR COPYRIGHT TRANSFER
Naskah ini asli dan penulis mengalihkan Hak Cipta naskah di atas kepada Jurnal Yudisial, jika dan ketika naskah ini diterima untuk dipublikasikan.
Setiap orang yang terdaftar sebagai penulis pada naskah ini telah berkontribusi terhadap substansi dan intelektual dan harus bertanggung jawab kepada publik. Jika di masa mendatang terdapat pemberitahuan pelanggaran Hak Cipta merupakan tanggung jawab Penulis, bukan tanggung jawab Jurnal Yudisial.
Naskah ini berisi karya yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dan tidak sedang dipertimbangkan untuk publikasi di jurnal lain.