‘UQUBAT TERHADAP JARIMAH ZINA YANG MELIBATKAN ANAK
DOI:
https://doi.org/10.29123/jy.v14i3.436Keywords:
qanun jinayat law, ‘uqubat (punishment), jinayah (crime), hududAbstract
ABSTRAK
Putusan Nomor 02/JN/2018/MS.Mbo hanya menjatuhkan ‘uqubat bagi pelaku laki-laki dewasa yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan zina dengan anak. Padahal prinsip utama dalam zina adalah adanya dua pihak yang secara suka rela melakukan hubungan intim di luar perkawinan sah. Persoalan utama kajian ini adalah apakah anak dalam Putusan Nomor 02/JN/2018/MS.Mbo dapat dijatuhkan ‘uqubat zina, dan mengapa hakim tidak menjatuhkan ‘uqubat bagi anak dalam Putusan Nomor 02/JN/2018/MS.Mbo. Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yang berusaha memberikan penilaian terhadap putusan tersebut. Bahan hukum primer yang digunakan Putusan Nomor 02/JN/2018 /MS.Mbo. Bahan hukum sekunder diperoleh dengan menelaah literatur perpustakaan. Analisis data dilakukan secara preskriptif dengan tujuan memberikan penilaian terhadap putusan tersebut dengan menggunakan kaidah dan asas-asas dalam ilmu hukum dan hukum Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dalam Putusan Nomor 02/JN/2018/MS.Mbo dapat dijatuhi dengan ‘uqubat hudud, karena terbukti secara suka rela melakukan perbuatan zina, dan anak telah berumur 16 tahun yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatannya. Alasan hakim tidak menjatuhkan ‘uqubat bagi pelaku anak dikarenakan beberapa faktor, yaitu: anak dianggap sebagai korban, penuntut umum tidak mengajukan dakwaan dan penuntutan terhadap pelaku anak, dan pengetahuan hakim terhadap otoritasnya untuk meminta penjelasan kepada penuntut umum melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara yang ada kaitannya dengan perkara yang sedang diadili masih kurang.
Kata kunci: qanun hukum jinayat; ‘uqubat; jinayah; hudud.
Â
ABSTRACT
The Decision Number 02/JN/2018/MS.Mbo only imposes ‘uqubat (punishment) for adult male perpetrators who is proven guilty of committing adultery with a girl. Whereas, the main principle of adultery is voluntary sexual intercourse between two parties outside of legal marriage. The main issue of this study is whether the girl in Decision Number 02/JN/2018/MS.Mbo can be imposed of an adultery ‘uqubat and why the judge didn’t impose the ‘uqubat for the girl in Decision Number 02/JN/2018/MS.Mbo. The author uses a normative juridical research method to assess the decision. The Decision Number 02/JN/2018/MS.Mbo is the primary legal material. The secondary legal materials were acquired by reviewing library literature. The data were analyzed prescriptively, intending to assess the decision using the rules and principles in the science of law and Islamic law. The study results show that the girl in Decision Number 02/JN/2018/MS.Mbo can be sentenced with ‘uqubat hudud because it was proven that she voluntarily committed adultery. The girl is 16 years old and can be asked for responsibility for her actions. The judges did not impose ‘uqubat for the girl due to several factors, namely: the girl was considered as a victim, the prosecutor didn’t submit an indictment and criminal charge against the girl, and a lack of the judge’s knowledge of their authority to ask for an explanation to the public prosecutor in carrying out investigations and prosecutions for the cases that related to the case that was being tried.
Keywords: qanun jinayat law; ‘uqubat (punishment); jinayah (crime); hudud.
References
DAFTAR ACUAN
Buku
Abbas, S. (2015). Maqashid Al-Syari’ah. Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Aceh.
Abdussalam. (2007). Hukum perlindungan anak. Jakarta: Restu Agung.
Ali, Z. (2009). Hukum pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
_____. (2014). Metode penelitian hukum. Cet. 5. Jakarta: Sinar Grafika.
Asy-Syafi’i, A. A. (n.d.). Al-Um. Bairut: Darul al-Kitab Ilmiah.
Audah, A. Q. (2005). At-Tasyri’ al-jina’i al-Islamiy muqaranah bi al-qanuni al-wad’iy. Jilid 2. Mesir: Daar at-Turats.
Bakhri, S. (2015). Sistem peradilan pidana Indonesia dalam perspektif pembaharuan, teori dan praktik peradilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bukhari. 2001. ShahÄ«h al-BukhÄrÄ«. Riyadh: DÄr al-SalÄm.
Dahlan, A. A. (2005). Ensiklopedi Islam. Jilid 7. Jakarta: PT Ichtiar van Hoeve.
Dewata, M. F. N., & Achmad, Y. (2015). Dualisme penelitian hukum normatif dan empiris. Cet. 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamali, A. (2002). Hukum Islam. Bandung: Mandar Maju.
Djazuli, A. (1997). Fiqih jinayah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Doi, A. R. I. (1992). Tindak pidana dalam syariat Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hakim, R. (2000). Hukum pidana Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Lubis, Z., & Ritonga, B. (2016). Dasar-dasar hukum acara jinayah. Jakarta: Kencana.
Marzuki, P. M. (2014). Penelitian hokum. Cet. 9. Jakarta: Prenada Media Group.
Mujieb, M. A. et al. (2002). Kamus istilah fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Muslich, A. W. (2005). Hukum pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Muslim, I. (2001). Shahih muslim. Pakistan: Daar el Hadits.
Prakoso, D. (1986). Kedudukan justisiable di dalam KUHP. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rusyd, I. (2010). Bidayatul mujtahid wa nihayatul muqtashid. Beirut: Maktabah Asy-Syuruq Ad-Dauliyah.
Setiadi, E., & Kristian. (2017). Sistem peradilan pidana terpadu dan sistem penegakan hukum di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Sidiq, S. (2011). Ushul fiqh. Jakarta: Kencana.
Sofyan, A., & Asis, A. (2014). Hukum acara pidana suatu pengantar. Jakarta: Kencana.
Syuhbah, M. M. A. (1973). Al-hudud fi al-Islam muqaranatuha bi al-qawanin al wad‘iyyah. Mesir: Dar alKutub.
Wadong, M. H. (2000). Advokasi dan hukum perlindungan anak. Jakarta: Grasindo.
Jurnal
Abdullah. (2017, Juli). Alat bukti zina menurut Qanun Jinayah No. 6 Tahun 2014 dan Fikih Syafi‘Iyah. AtTafahum: Journal of Islamic Law, 1(2), 86-103.
Amalia, M. (2018, Maret). Prostitusi dan perzinahan dalam perspektif hukum Islam. Tahkim, Jurnal Peradaban dan Hukum Islam, 1(1), 34-47.
Anjari, W. (2020). Perlindungan anak yang bermasalah dengan hukum dalam perspektif pemidanaan integratif Pancasila. Jurnal Yudisial, 13(3), 351-372.
Bahri, S. B. S., & Mansari, M. (2021). Model pengawasan anak dalam upaya pencegahan pelecehan seksual di lingkungan pesantren. Legalite: Jurnal Perundang-Undangan dan Hukum Pidana Islam, 6(2), 1-21.
Hidayat, I. (2016). Analisis normatif tindak pidana perzinahan dilihat dalam perspektif hukum Islam. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 44-48.
Ishak. (2012). Analisis hukum Islam tentang perbuatan zina dalam Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam pembaharuan hukum pidana. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 55(2), 130-142.
Kisworo, B. (2016, Januari). Zina dalam kajian teologis dan sosiologis. Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam, 1(1), 134-146.
Mansari., & Melayu, H. A. (2018). Pembatalan hukuman cambuk bagi pelaku jarimah pencabulan anak dalam Putusan Nomor 07/Jn/2016/Ms.Aceh. Jurnal Hukum dan Peradilan, 7(3), 425-440.
Mohtarom, A. (2018, Juni). Kedudukan anak hasil hubungan zina menurut hukum Islam dan hukum. Jurnal Al-Murabbi, 3(2), 193-202.
Muthalib, S. A., et al. (2021). Analisis kepentingan terbaik bagi anak dalam hukum jinayat Aceh. Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial, 9(2), 415-430.
Rahmawati. (2013). Tindak pidana perzinaan dalam perspektif perbandingan antara Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan hukum pidana Islam. Jurnal An-Nisa’, 8(1), 37-48.
Rizkal, R., & Mansari, M. (2019). Pemenuhan ganti kerugian anak sebagai korban pemerkosaan dalam kasus jinayat Aceh. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 5(2), 33-46.
Shidiq, G. (2009). Teori maqashid al-syari’ah dalam hukum Islam. Sultan Agung, XLIV(118), 117-130.
Suhartini., & Sabekti, R. S. (2013). Penyelesaian tindak pidana zina melalui mediasi perspektif hukum positif dan hukum Islam. Jurnal Bina Mulia Hukum, 4(1), 72-87.
Downloads
Additional Files
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
FORMULIR COPYRIGHT TRANSFER
Naskah ini asli dan penulis mengalihkan Hak Cipta naskah di atas kepada Jurnal Yudisial, jika dan ketika naskah ini diterima untuk dipublikasikan.
Setiap orang yang terdaftar sebagai penulis pada naskah ini telah berkontribusi terhadap substansi dan intelektual dan harus bertanggung jawab kepada publik. Jika di masa mendatang terdapat pemberitahuan pelanggaran Hak Cipta merupakan tanggung jawab Penulis, bukan tanggung jawab Jurnal Yudisial.
Naskah ini berisi karya yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dan tidak sedang dipertimbangkan untuk publikasi di jurnal lain.